BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Peneliitian
Dalam menciptakan
generasi yang unggul diperlukan sebuah landasan yang kuat untuk membimbing ke arah yang akan
dituju.
Pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”[1]
merupakan sebuah konsep pendidikan yang perlu pemikiran yang serius serta
tindakan yang berkelanjutan sehingga tujuan pendidikan benar-benar tercapai.
Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang
akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk
memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih
dalam kandungan.[2]
Hasan
Langgulung menjelaskan bahwa pendidikan seharusnya mengaktualisasikan
potensi-potensi yang dimiliki manusia baik spiritual, intelektual, rasional,
perasaan, maupun panca indra.[3]
Pendidikan Islam khususnya, juga memiliki tujuan
individualisasi nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya derajat manusia muttaqin
dalam bersikap, berfikir, dan berprilaku.[4]
Pengamalan agama
sebagai salah satu tujuan pendidikan Islam dapat dilakukan dimanapun tempatnya,
termasuk di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan mensosialisasikan shalat dengan berjamaah di
lingkungan sekolah.
Kegiatan
yang bertujuan untuk mengembangkan diri dan mengekspresikan diri sesuai
kebutuhan di antaranya shalat dhuha dan shalat dhuhur yang sesuai dengan kondisi madrasah.
Tujuannya adalah untuk mengenalkan pelaksanaan ibadah shalat dan menanamkan kecintaan untuk menjaga
shalat fardhu.[5]
Shalat dhuha
adalah shalat sunnah yang dilakukan ketika matahari sedang terbit
sampai menjelang waktu dhuhur. Anjuran shalat dhuha untuk dilaksanakan pada
pagi hari adalah agar kondisi hati secerah sinar mentari pada pagi hari. [6]
Setiap kata yang diucapkan dalam shalat akan
membangkitkan kembali suara-suara hati
yang mungkin sudah agak memudar. Dengan demikian kecerdasan emosi dan spiritual
akan bangkit dan muncul kembali ketika
mengucapkan setiap kata dalam shalat.[7]
Singgih D. Gunarsa mengemukakan
bahwa kehidupan pada masa anak dengan
berbagai pengaruhnya adalah
masa kehidupan
yang sangat penting
khususnya berkaitan dengan
diterimanya rangsangan
(stimulasi) dan
perlakuan dari lingkungan
hidupnya.[8]
Danah
Zohar mengatakan bahwa ketika kecil ia bertanya mengapa ia harus hidup.
Kemudian ia menjawabnya sendiri bahwa ia harus mewarisi sebuah dunia yang lebih
baik dibanding dunia yang pernah ia temui. Kemudian ketika ia dewasa pertanyaan
itu juga muncul lagi dan jawabannya pun hampir sama, ia harus hidup untuk
memberi arti.[9]
حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ هِشَامٍ
يَعْنِي الْيَشْكُرِيَّ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ سَوَّارٍ أَبِي حَمْزَةَ قَالَ
أَبُو دَاوُد وَهُوَ سَوَّارُ بْنُ دَاوُدَ أَبُو حَمْزَةَ الْمُزَنِيُّ الصَّيْرَفِيُّ
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ ,قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ
وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Mu`ammal bin Hisyam Al-Yasykuri telah
menceritakan kepada kami Isma'il dari Sawwar Abu Hamzah berkata Abu Dawud; Dia
adalah Sawwar bin Dawud Abu Hamzah Al-Muzani Ash-Shairafi dari Amru bin Syu'aib
dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila
sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun
maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat
tidurnya." (Abu Daud - 418).[10]
Hadis di atas memberikan penjelasan pentingya mengajarkan
shalat kepada anak sebagai sebuah upaya
pendidikan agama dan merupakan sebuah penanaman ubudiyah sejak dini.
MTs Luthful Ulum Pasucen telah mengambil
langkah strategis untuk mewujudkan sebuah generasi yang Islami. Madrasah tersebut telah menjadikan sebuah teori pelajaran ke dalam
bentuk praktek keseharian. Yaitu memasukkan shalat dhuha ke dalam program rutin sekolah yang diwajibkan bagi seluruh siswa.
Tujuannya
adalah untuk melatih anak didik untuk mengembangkan kepribadian serta kecerdasan. Mereka
dilatih dan didik untuk mengembangkan skill dan
mental ke arah yang lebih baik. Sehingga
madrasah tersebut dapat
menciptakan out-put yang unggul dan tangguh, yang
tidak hanya mengandalkan teori-teori dalam belajarnya, tetapi juga berpengalaman dalam bidangnya untuk menghadapi arus moderenitas.
Oleh karena itulah, statement di atas mendorong peneliti untuk mengetahui adakah pengaruh keaktifan siswa dalam mengikuti shalat dhuha terhadap
kecerdasan spiritual anak di
MTs Luthful Ulum Pasucen Trangkil
Pati tahun pelajaran 2013/2014.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akan peneliti kemukakan adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah keaktifan siswa dalam
mengikuti shalat dhuha di MTs Luthful Ulum Pasucen Trangkil Pati
Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Bagaimanakah kecerdasan
spiritual siswa MTs Luthful Ulum Pasucen Trangkil Pati Tahun Pelajaran 2013/2014.
3.
Adakah pengaruh keaktifan siswa dalam mengikuti shalat dhuha terhadap
kecerdasan spiritual anak di MTs Luthful Ulum Pasucen Trangkil Pati Tahun
Pelajaran 2013/2014.
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan dengan sadar pasti
mempunyai tujuan yang ingin dicapai, demikian juga dengan penelitian ini.
Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin
mengetahui:
1.
Keaktifan siswa dalam mengikuti
shalat dhuha di MTs Luthful Ulum Pasucen Trangkil Pati Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Kecerdasan spiritual siswa MTs Luthful Ulum Pasucen Trangkil Pati Tahun Pelajaran 2013/2014.
3.
Pengaruh keaktifan siswa dalam mengikuti shalat dhuha terhadap kecerdasan
spiritual anak di MTs Luthful Ulum Pasucen Trangkil Pati Tahun Pelajaran
2013/2014.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan
penelitian ini sebagai dampak dari tercapainya tujuan. Jika tujuan dapat
tercapai dan rumusan masalah dapat terjawab secara akurat maka timbul
kegunaannya. Kegunaan penelitian ini di antaranya yaitu :
1. Teoritis
Memberikan
kontribusi dalam khazanah keilmuan tentang pengaruh shalat dhuha terhadap
kecerdasan spiritual serta dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
2. Praktis
Secara
praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Kepala Madrasah
Sebagai
masukan bagi kepala madrasah tentang pentingnya pelaksanaan shalat dhuha dalam membentuk kecerdasan spiritual anak
sehingga perlu memasukkan dalam kurikulum MTs Luthful Ulum.
b. Siswa
Sebagai
motivator untuk lebih giat melaksanakan shalat dhuha baik ketika di sekolah
maupun di rumah.
c. Sekolah Tinggi Agama Islam
Pati
Menambah referensi disiplin ilmu yang ada pada perpustakaan
Sekolah Tinggi Agama Islam Pati.
[1]
Undang-undang No.20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta:
Pustaka Merah Putih, 2007), 7.
[2] Mansur, Diskursus
Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2005), 1.
[3] Tim
Penyusun, KTSP Konsep dan Imlpementasinya, (Semarang: MDC Jateng, 2007),
31.
[4] Yusuf
Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gramedia, 1995),
95.
[5] Tim
Penyusun, 185.
[6] Sabil
El-Ma’rufie, Shalat Dhuha, (Bandung: Mizania, 2013), 25.
[7] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ;
Emosional Spiritual Quotient
berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arta
Wijaya Persada, 2001), 319.
[8] S.C. Utami Munandar, Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan
Pribadi, (Jakarta:
Gunung Agung, 2001),
127-128.
[9] Danah
Zohar dan Ian Marshall, Spritual Capital: Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2007), 15.
[10] Lidwa
Pusaka i-Software, Kitab 9 Imam
Hadist.
No comments:
Post a Comment