Thursday, March 17, 2016

Efektifitas Metode Learning By Doing Untuk Pengembangan Emotional Intellegence (Part 1)

PROPOSAL SKRIPSI
EFEKTIFITAS METODE LEARNING BY DOING UNTUK PENGEMBANGAN EMOTIONAL INTELLEGENCE 


A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan  anak usia dini yang termasuk didalamnya adalah Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA), didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik  dalam  rangka menjembatani pendidikan keluarga ke pendidikan formal (Sekolah). RA dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan TK, bahkan dengan TK Islam dikatakan tidak ada bedanya. Letak perbedaan  RA dan TK adalah pada   nuansa keagamaannya (Islam) dimana RA lebih kental dan menjiwai seluruh proses pembelajarannya.[1]
Dalam tujuan pembelajaran di RA adalah mempersiapkan anak didik untuk memasuki jejang yang selanjutnya yaitu tingkat dasar dengan berbekal nilai-nilai keislaman yang telah ditanamkan ketika duduk di bangku sekolah.
Antara TK dan RA mempunyai derajat yang sama seperti tercantum dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 28 ayat 3 yang berbunyi pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), atau bentuk  lain  yang sederajat.[2]
Tujuan penyelenggaraan RA adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan  dan  daya cipta anak didik. Serta untuk pertumbuhan perkembanga selanjutnya.[3] Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar meliputi: pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat,  serta  pengembangan kemampuan  dasar  melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.[4]
Di  Taman  Kanak-kanak  kegiatan  dapat  dalam  bentuk  bermain  dan kegiatan  lain.  Strategi  kegiatan  sebaiknya  lebih  bayak  menekankan  pada aktifitas anak daripada aktifitas guru.[5]  Sasaran RA yaitu anak usia  4-6  tahun  hingga  anak  memasuki  jenjang  pendidikan  dasar.  Dan  pada masa itu seorang anak tidak dapat disuruh duduk diam selama beberapa jam mereka  masih  senang  bermain  dan  hal  itu  merupakan  haseorang  anak sehingga seorang guru dalam pemberian materi tidak boleh melupakan hal tersebut.
Taman  kanak-kanak  sudah  termasuk  pendidikan  formal,  hanya  saja Taman Kanak-kanak masih tetap dikategorikan sebagai prasekolah untuk anak usia  dini,  sehingga  tidak  ada  mata  pelajaran  yang  mengikat  untuk  siswa, kecualbermain  dan bermain.[6] Bermain  merupakan  salah satu metode  yang efektif  dalam  pembelajaran  yang  dilakukan  untuk  anak  usia  dini,  karena dengan bermain seorang anak tidak akan merasa dipaksa, mereka akan sukarela melaksanakannya karena permainan adalah kesukaan mereka.
Permainan  yang dilakukan  haruslah  permainan  yang  bermanfaat  dan sesuai dengan kurikuluyang ada, agar dalam pelaksanaannya  tidak terjadi penyimpangan atau ketidaksesuaian materi. Misalnya seorang anak tidak boleh diberi suatu pemainan yang terlalu menguras tenaga atau yang tingkat kesulitannya tinggi.
Seperti halnya bermain, model pembelajaran learning by doing haruslah sesuai dengan tujuan dan program kegiatan, metode yang digunakan berkaitan erat dengan dimensi perkembangan anak dengan motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi dan sosial. Perkembangan motorik merupakan proses memperole keterampila dan  pola  gerakan  yang  dapat  dilakukan  anak.
Keterampilan motorik diperlukan untuk mengendalikan tubuh.[7] Apabila dalam kegiatan interaksi edukatif terdapat keterlibatan intelek-emosional anak didik, biasanya intensitas keaktifan dan motifasi akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
Guru didalam interaksi edukatif diharapkan benar-benar menerapkan aktifitas  anak  didik, yaitu belajar sambil melakukan  (learning  by  doing).[8] Karena  dengan  hal  itu  seorang  anak  dapat  terlibat  langsung  dalam  suatu pembelajaran dan mereka mempunyai pengalaman-pengalaman  berharga yang akan mereka ingat.
RA Maslakul Falah termasuk  salah satu RA yang ada  desa Arumanis Kec. Jaken Kab. Pati.  Fasilitas yang  dimiliki  cukup  lengkap,  RA Maslakul Falah desa Arumanis Kec. Jaken Kab. Pati juga menggunakan sistem kegiatan belajar mengajar yang sudah baik dan salah satunya adalah dengan praktek-praktek secara langsung. Karena dengan adanya praktek atau belajar langsung seorang anak akan lebih cepat mengingat.
Namun ada satu hal yang terjadi di RA Maslakul Falah desa Arumanis Kec. Jaken Kab. Pati yaitu masih banyak anak didik yang belum mampu bersosialisasi dengan temannya, begitu pula belum mampu mengendalikan emosinya. Diperlukan metode pembelajaran yang tepat untuk merangsang anak didik agar lebih maksimal dalam bergaul dengan temannya, dengan berbagai persoalan yang harus mereka terima serta selesaikan secara individu. Hal itulah diantara upaya pengembangan emotional intellegence anak.
Peneliti perlu mengadakan research mengenai pengembangan Emotional Intellegence dengan menggunakan metode Learning by Doing yang diangkat dalam bentuk penyusunan skripsi yang berjudul:
Efektifitas Metode Learning By Doing untuk Pengembangan  Emotional Intelligence di RA. Maslakul Falah Desa Arumanis Kec. Jaken Kab. Pati Tahun Pelajaran 2014/2015.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah efektifitas metode learning by doing untuk pengembangan  emotional intelligence di RA. Maslakul Falah desa Arumanis Kec. Jaken Kab. Pati tahun pelajaran 2014/2015”.
C.      Tujuan Penelitan
Tujuan yang hendak peneliti capai dalam penelitian ini adalah mengetahui efektifitas metode learning by doing untuk pengembangan  emotional intelligence di RA. Maslakul Falah desa Arumanis Kec. Jaken Kab. Pati tahun pelajaran 2014/2015.


[1] Luluk  Asmawati,  dkk,  Materi  Pokok  Pengelolaan  Kegiatan  Anak  Usia  Dini  (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 2.15.
[2] Undang-undang RI. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 19.
[3] Luluk Asmawati, dkk, 2.15.
[4] Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 3.
[5] Moeslichatoen R, 7.
[6] Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta: Diva Press, 2010), 355.
[7] Moeslichatoen R, 15.
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 224.

No comments:

Post a Comment